Kamis, 15 Desember 2011

Eksistensi Mahasiswa VS Spesialisasi

Dalam proses pendidikan yang dilaksanakan di tingkatan perguruan tinggi, anak didik tidak lagi diposisikan sebagai bejana kosong yang perlu diisi dengan pengetahuan-pengetahun. Proses ini sering diistilahkan sebagai proses transformasi pengetahuan. Anak didik tidak lagi dilihat sebagai benda yang seperti wadah untuk menampung sejumlah rumusan/dalil pengetahuan, tetapi dilihat sebagai benda yang dinamis dan punya kreasi. Pada dunia pendidikan, terutama pada tingkat perguruan tinggi, perlu disadari bahwa nara didik bukanlah hanya obyek semata, sedangkan pendidik subyek semata, melainkan nara didik dan para pendidik bersama-sama untuk terus berdialog dan menghasilkan sesuatu yang berguna. Pendidikan yang demikian itulah, pendidikan yang seharusnya diterapkan, terutama dalam ranah pendidikan di perguruan tinggi. Dan konsep ini mengacu pada istilah humanisasi pada konsep pendidikan hadap-masalah yang digawangi oleh Faulo Freire sebagai pengganti dari konsep pendidikan gaya bank. 
Pada aras pendidikan tinggi, penjurusan merupakan suatu keniscayaan sekaligus keharusan bagi anak didik (mahasiswa) untuk menjalaninya. Penjurusan adalah proses bagi mahasiswa untuk memperoleh spesifikasi dan kompetensi dalam bidang-bidang tertentu sesuai dengan jurusan yang telah dipilihnya.
Pembicaraan mengenai jurusan dan pengembangannya merupakan pembicaraan yang harus secara berkesinambungan dilaksanakan oleh pihak-pihak terkait. Pengembangan jurusan merupakan keniscayaan jika tidak ingin jurusan yang dimaksud tertinggal atau bahkan tidak mampu survive hingga akhirnya, seperti yang sering terjadi, dihapus dengan berbagai alasan. Beberapa alasan yang biasa disebutkan adalah mengenai permintaan pasar yang sudah sering dikatakan, tidak lagi sesuai dengan harapan. Sehingga timbul sebuah pertanyaan besar, yaitu mengenai maksud pendirian jurusan. Apakah karena itikad baik untuk pengembangan ilmu pengetahuan, atau karena alasan adanya permintaan pasar. Dengan mengacu kepada pertanyaan mendasar ini, maka solusi yang mungkin bisa ditawarkan sebagai tawaran yang realistis adalah dengan menyesuaikan dan menyatukan persepsi mahasiswa dengan jurusan ataupun sebaliknya. Sehingga, visi dan misi yang ingin dikembangkan jurusan sesuai dan cocok pula dengan visi dan misi serta keinginan mahasiswa.   

Selasa, 12 Juli 2011

Peran Masyarakat dalam Pendidikan

Berkembangnya pendidikan di berbagai negara rasanya sangat sakral dengan kemajuan-kemajuan teknologi dan juga cara berfikir dari berbagai pihak, baik dari pemerintah, masyarakat maupun dari siswa yang ada di Negara itu sendiri. Sering kali kita bertemu dengan ungkapan bahwa kemajuan bidang pendidikan didukung oleh kemajuan ekonomi negara itu sendiri. Namun, disisi lain ada pendapat sebaliknya, bahwa kemajuan ekonomi didukung oleh kemajuan penidikan yang ada di negara itu sendiri. Dan menurut saya, kedua pendapat itu memang tidak salah. Namun, saya mempunyai pendapat lain yang mungkin dapat menengahi kedua pendapat tersebut dengan mengintegrasikan keduanya. Menurut saya, kemajuan ekonomi itu didukung oleh suksesnya tujuan pendidikan, dan suksesnya tujuan pendidikan pun didukung oleh kemajuan ekonomi. Artinya, kemajuan pendidikan berjalan seiring dengan kemajuan ekonomi. Hanya saja, kita harus memfokuskan terhadap hal apa yang dapat disumbangkan bidang ekonomi terhadap pendididikan dan begitu pun sebaliknya.
Berbicara mengenai pendidikan di Indonesia saat ini memang sangat memprihatinkan. Dan harus kita akui, dengan kondisi pendidikan yang sangat memprihatinkan ini, semua pihak menuntut akan kemajuan pendidikan, baik dari segi kualitas maupun kuantitas pendidikan. Namun, hal itu selalu hanya dititik bebankan pada pemerintah. Mulai dari masyarakat umum, wali murid sampai pada siswa pun selalu menuntut akan sikap responsibility dari pemerintah. Begitu banyak tuntutan-tuntutan masyarakat yang sengaja dilontarkan untuk terus-menerus menyalahkan pemerintah atas kondisi pendidikaan saat ini.
Memang betul pendidikan saat ini sangat memprihatinkan, bahkan begitu banyak sekelompok orang yang memfonis bahwa pendidikan di Indonesia saat ini cenderung gagal. Hal ini terlihat dari begitu tingginya tingkat pengangguran di Indonesia. Kini para pengangguran bukan hanya para pengangguran yang tidak berpendidikan tinggi, namun banyak juga para pengangguran yang mengenyam pendidikan tinggi. Melihat kenyataan ini, lagi-lagi masyarakat selalu mengikut sertakan keegoisannya untuk mencari solusi atas permasalahan ini.
Kegagalan!!! Setiap kali kita membicarakan atau bahkan mengalami kegagalan, kita selalu sibuk menyalahkan pihak lain. Seolah-olah kesalahan seutuhnya milik orang lain. Semua itu terbukti dengan kegagalan yang negara kita alami dalam bidang pendidikan. Di saat pendidikan di Indonesia dianggap mengalami kegagalan, sebagian besar masyarakat sibuk menyalahkan pemerintah. Demo terjadi di mana-mana, menuntut tanggung jawab pemerintah atas kegagalan pendidikan Indonesia saat ini tanpa melihat sangat minimnya usaha individu masyarakat itu sendiri. Apakah itu bukan keegoisan masyarakat? Dan dengan sikap sebagian besar masyarakat yang demikian, menimbulkan pertanyaan besar, benarkan kegagalan ini merupakan kesalahan pemerintah seutuhnya???
Menurut saya tidak!!! Jika masyarakat menilai bahwa pemerintah sudah gagal mencapai tujuan pendidikan, mengapa sebagai masyarakat yang baik dan bermoral, tidak berusaha untuk ikut andil dalam memperbaiki kegagalan-kegagalan pendidikan yang telah terjadi??? Jika saja masyarakat juga ikut andil untuk membebaskan Indonesia dari kegagalan pendidikan, saya pikir kegagalan akan mulai berkurang. Sekarang timbul sebuah pertanyaan usaha apa yang dapat dilakukan oleh masyarakat untuk andil dalam hal ini???
Menurut saya ada beberapa peran masyarakat dalam bidang pendidikan demi suksesnya tujuan pendidikan, di antaranya:
1.      Masyarakat harus memanfaatkan jasa sekolah yang telah disediakan pemerintah.
2.      Masyarakat dapat berpartisifasi untuk perawatan dan pembangunan fisik sekolah.
3.      Masyarakat/orang tua harus membimbing anaknya untuk tetap mentaati peraturan sekolah, mulai dari peraturan disiplin, administrasi sampai seragam.
4.      Masyarakat dapat membantu dalam pemantauan perkembangan akademik anak dengan berkonsultasi pada pihak sekolah mengenai masalah pembelajaran.
5.      Masyarakat/orang tua harus bisa terlibat dalam pembahasan masalah pendidikan.
6.      Masyarakat/orang tua harus menyampaikan keganjalan yang dirasakan mengenai pendidikan kepada pihak sekolah untuk menjadi evalusai tersendiri bagi sekolah itu.
7.      Masyarakat/orang tua harus sadar bahwa wajib belajar selama 9 tahun dan tetap mengawasi pergaulan anak di luar lingkungan sekolah.
8.      Masyarakat/mahasiswa dapat mendirikan lembaga formal/informal bebas dana yang diperuntukkan bagi anak-anak jalanan yang tidak mampu.
9.      Masyarakat harus menghindari rasa malas untuk bekerja demi memperbaiki ekonomi pribadi dan keluarga.
10.  Masyarakat harus selalu optimis untuk sukses dan menghindari kemiskinan.
Itulah peran masyarakat yang dapat direalisasikan demi kebebasan Indonesia dari kegagalan pendidikan. Dengan begitu, berarti pemerintah dan masyarakat saling bekerja sama untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di Indonesia. Dan sekarang, perlu berfikir berulang-ulang kali untuk tetap menyalahkan pemerintah atas kegagalan pendidikan di Indonesia ini. Karena pada hakikatnya, kegagalan pendidikan di Indonesia ini bukan sepenuhnya kesalahan dari pemerintah, namun ada juga kesalahan yang tidak disadari dari para masyarakat, yang pada kenyataannya masyarakat terlalu sibuk berdemo menuntut hak, tanpa menyadari kewajibannya sebagai masyarakat yang baik.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat dan menjadikan kita dapat berpikir panjang atas apa yang Negara kita alami saat ini. Dan besar harapan saya bagi para pembaca untuk mengomentari, mengkritik, atau bahkan menyangkal pendapat saya ini. Dengan begitu, insya Allah wawasan kita semua akan bertambah. Terima kasih…..^.^

Rabu, 08 Juni 2011

Perencanaan Karangan

                                         KATA PENGANTAR

      Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan kenikmatan dan karunia-Nya kepada seluruh hamba-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada Nabi besar kita, Nabi akhir zaman, Nabi Muhammad SAW. yang telah menuntun kita dari zaman kebodohan ke zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.
      Keterbatasan ilmu yang dimiliki oleh penyusun merupakan kelemahan, kekurangan, dan kekeliruan dalam pembuatan makalah ini. Penyusun meminta maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam susunan, inti makalah dan lain sebagainya terdapat hal yang kurang berkenan di hati pembaca.
      Sekian yang dapat penyusun sampaikan. Semoga apa yang telah berbagai pihak lakukan demi tersusunnya makalah ini, mendapatkan imbalan yang setimpal dari Allah SWT.




Jakarta, 20 Mei 2011


Penulis            

                                                      BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar Belakang
Begitu banyak para pelajar yang masih keliru tentang penulisan sebuah karangan. Untuk membuat karangan formal, seperti makalah, skripsi, tesis, disertasi, dan sebagainya, seorang penulis dituntut memenuhi beberapa persyaratan. Persyaratan tersebut antara lain teknik penyajian, isi, dan bahasa. Dengan begitu, seorang penulis benar-benar siap mengemukakan gagasannya dalam bahasa tulis secara terorganisasi. Ini mengisyaratkan bahwa menulis bukan sesuatu yang kebetulan, namun memang sudah direncanakan.
Dalam melakukan sebuah penulisan, tentu kita membutuhkan suatu perencanaan. Perencanaan itu yang akan membantu kita untuk membuat sebuah tulisan yang terstruktur, terurut, dan tidak berantakan. Dalam perencanaan penulisan, dibutuhkan juga sebuah teknik penulisan, dan kerangka karangan. Kerangka karangan ini akan memudahkan kita untuk mengembangkan apa yang hendak kita tulis.
Namun dibalik itu semua, yang perlu diperhatikan adalah hal-hal dalam melakukan perencanaan penulisan yang nantinya akan dilanjutkan menjadi sebuah tulisan yang baik. Dan pada makalah ini akan dibahas tentang perencanaan karangan.

B.       Rumusan Masalah
1.    Apa yang dimaksud dengan perencanaa karangan?
2.    Apa perbedaan tema, topik, dan judul?
3.    Apa saja tujuan dalam penulisan itu?
4.    Apa saja bahan-bahan dalam penulisan?
5.    Bagaimana kerangka karangan yang benar itu?

C.      Tujuan Penulisan
1.    Untuk memahami pengertian dari perencanaan karangan.
2.    Untuk mengetahui perbdaan antara tema, topik, dan judul.
3.    Untuk mengetahui tujuan penulisan.
4.    Untuk memahami bahan-bahan penulisan.
5.    Untuk mengetahui tahap-tahap penulisan karangan.

D.   Pembatasan Masalah
Agara pembahasn kita pada makalah ini tidak melebar luas atau bahkan menyimpang dari pokok bahasan, maka penulis membatasi pembahasn makalah ini, yaitu:
1.    Tema, topik, dan judul karangan
2.    Tujuan penulisan
3.    Bahan-bahan penulisan
4.    Kerangka Karangan

E.        Sistematika Penulisan
Makalah ini, disusun dengan menggabungkan materi dari berbagai buku sumber dan dilengkapi dengan wacana-wacana mengenai perencanaan karangan yang penulis dapat dari layanan internet.

BAB II
PERENCANAAN KARANGAN

A.      Pengertian Perencanaan Karangan
Perencanaan karangan yaitu semua tahap persiapan penulisan. Dimana, kegiatan menulis bukanlah suatu kegiatan yang kebetulan, melainkan memang telah direncanakan. Dengan begitu, penulis benar-benar siap mengungkapkan gagasannya melalui tulisan.
Secara teoritis, perencanaan karangan terdiri atas tiga tahapan, yaitu prapenulisan, penulisan, dan pascapenulisan. Pada tahap prapenulisan, seorang penulis dituntut untuk mempersiapkan bahan-bahan yang akan dijadikan tulisan. Persiapan ini meliputi penentuan tema, topik, ataupun judul, tujuan penulisan, masalah yang akan dibahas, teknik pengumpulan bahan atau teknik penelitian, penentuan buku rujukan penyusunan kerangka karangan, dan sebagainya. Pada tahap penulisan, penulis dituntut untuk mengembangkan kerangka yang sudah dibuat tadi. Dengan kalimat, ungkapan, frase, kata-kata, penulis mengembangkan kerangka tersebut menjadi paragraf subbab, bab, wacana, akhirnya menjadi karya tulis yang utuh. Dan pada tahap pascapenulisan, penulis mengurangi segala kekeliruan dan kekurangan yang mungkin timbul. Pada tahap ini, penulis juga dapat menambah referensi dan merevisi penulisan yang telah diketik sehingga menjadi tulisan yang sempurna. Tahap ini biasa disebut dengan tahap revisi.[1]

B.       Pengertian Tema, Topik dan Judul dalam Karangan
Secara etimologis, kata “tema” berasal dari bahasa Yunani, yaitu tithenai, yang berarti “sesuatu yang telah ditempatkan” atau “sesuatu yang telah diuraikan”. Sedangkan menurut istilah, tema yaitu amanat utama yang disampaikan oleh penulis melalui karangannya. Dalam karang mengarang, tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun. Dalam tulis menulis, tema adalah pokok bahasan yang akan disusun menjadi tulisan. Tema ini yang akan menentukan arah tulisan atau tujuan dari penulisan artikel itu. Menentukan tema berarti menentukan apa masalah sebenarmya yang akan ditulis atau diuraikan.[2] Dengan kata lain, tema adalah pokok pikiran, dasar cerita, yang dipercakapkan, dipakai sebagai dasar mengarang. Adapun kajian tema, yaitu: buah pikir, gambaran perwatakan, alur cerita, dan ungkapan-ungkapan.[3]
Secara etimologis, “topik” berasal dari bahasa Yunani, yaitu topoi, yang berarti “tempat”. Sedangkan menurut istilah, topik adalah sesuatu yang sudah dinyatakan dan harus dibatasi. Topik juga dapat diartikan sebagai segala hal yang ingin dibahas atau pokok pembicaraan. Topik bersifat implisit. Dengan begitu, biasanya penulis menentukan topik yang ingin dibahasnya sebelum menulis, sedangkan pembaca mengetahui topik tulisan setelah membaca. Dalam karya ilmiah, biasanya topik dapat serta-merta menjadi judul. Berdasarkan uraian ini, maka topik yang sudah sangat spesifik di atas dapat langsung dijadikan judul.
Menurut Sabarti Akhadiah (1994), ada 5 hal yang perlu diperhatikan dalam memilih topik di antaranya:
1.    Ada manfaatnya dalam perkembangan ilmu dan profesi
2.    Cukup menarik untuk dibahas
3.    Dikenal dengan baik
4.    Bahannya mudah diperoleh
5.    Tidak terlalu luas dan tidak terlalu sempit
Menurut Keraf (1979), ada beberapa langkah untuk merumuskan pembatasan topik, yaitu sebagai berikut:
1.    Tetapkanlah topik yang ingin dibahas dalam suatu kedudukan sentral
2.    Perinci topik yang ada dalam kedudukan sentral tersebut
3.    Pilih salah satu dari perincian tersebut yang akan dipilih sebagai topik tulisan
4.    Analisa kembali jika ada sektor-sektor yang masih dapat diperinci
Sedangkan “judul” adalah nama, merek, atau label karangan. Judul bersifat eksplisit. Dengan begitu, dapat dilihat bahwa pembaca menemukan judul sebelum membaca, sedangkan penulis menentukan judul ketika atau setelah menulis. Karena biasanya langsung dibaca, judul sangat menentukan tingkat ketertarikan pembaca terhadap karangan itu. Oleh sebab itu, dalam menulis judul karangan ilmiah, penulis dituntut hal-hal sebagai berikut:
1.    Harus sesuai dengan topik dan jangkauannya
2.    Sebaiknya dinyatakan dengan frase
3.    Sesingkat mungkin
4.    Sejelas mungkin
5.    Provokatif.[4]

C.      Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan ialah gambaran atau perencanaan menyeluruh yang akan mengarahkan penulis dalam melakukan tindakan menyelesaikan tugasnya. Dengan mengetahui tujuan, penulis akan dapat menentukan bahan tulisan, organisasi karangan, dan sudut pandang. Ada dua cara menyatakan tujuan penulisan, yaitu:
1.    Tesis
Tesis adalah rumusan singkat yang mengandung tema dasar dari sebuah karangan bila ada sebuah tema karangan yang dominan. Tesis sama dengan sebuah kalimat utama dalam paragraf. Oleh sebab itu, tesis tidak diperkenankan lebih dari satu kalimat. Dengan kalimat tesis, penulis dapat menentukan bahan yang akan menjadi tulisan. Tesis digunakan jika penulis ingin mengembangkan gagasan yang berupa tema seluruh tulisan.
2.    Pengungkapan Maksud
Pengungkapan maksud dilakukan tidak bermaksud untuk mengembangkan ide sentral.

D.      Bahan Penulisan
Yang dimaksud dengan bahan penulisan ialah semua informasi yang digunakan untuk mencapai tuluan penulisan. Informasi itu, mungkin merupakan teori, contoh-contoh, rincian atau detil, perbandingan, sejarah kasus, fakta, hubungan sebab akibat, pengujian dan pembuktian, angka-angka, kutipan, gagasan dan sebagainya.[5]
Dalam menulis karangan fiktif, sumber bahan yang utama adalah hasil imajinasi. Data pengalaman berupa catatan harian dibumbui dengan khayalan disertai kemampuan penulisnya dalam merangkai kata yang estetis dapat dengan mudah menghasilkan karya fiktif. Pada karangan fiktif juga, penulis dituntut untuk memperhatikan kelogisan karangan itu.
Sedangkan dalam menulis karangan nonfiksi (karya ilmiah), sumber bahan yang utama adalah fakta dan data. Penulis dituntut untuk melaukan berbagai penelitian. Karangan ilmiah ini tidak dapat dihasilkan hanya dengan melamun atau mengkhayal. Dengan adanya fakta dan data, karya ilmiah harus mencakup syarat-syarat ilmiah, misalnya empiris, sistematis, objektif, dan rasional. Adapun beberapa bahan yang dapat dijadikan sumber rujukan dalam pnulisan karya-karya ilmiah, yaitu:
1.    Bahan pustaka
Dalam karya ilmiah, untuk mendapatkan landasan teoritis, penulis dituntut mencari buku-buku yang berhubungan dengan topik yang dibahas. Penulis harus mengumpulkan bahan-bahan sumber yang bersifat teori dan bahan sumber asli yang berasal dari seorang tokoh.
2.    Wawacara
Wawancara adalah salah satu cara mengumpulkan data dengan mengajukan pertanyaan kepada seseorang yang dianggap berkompoten (berotoritas) mengenai hal yang ditulis. Wawancara biasanya digunakan untuk mendapatkan data secara lisan. Alat bantu yang digunakan dalam wawancara adalah alat perekam dan kamera video. Alat tersebut dapat memudahkan penyalinan ke dalam bentuk tulis. Wawancara lebih dominan digunakan pada penelitian lapangan, namun tidak menutup kemungkinan wawancara juga digunakan pada penelitian perpustakaan, yaitu untuk mengkonfirmasi pendapat seorang tokoh yang kurang jelas  atau memperkuat pendapat seorang tokoh tentang pendapatnya.
3.    Angket
Angket adalah pertanyaan yang digunakan untuk menjaring pendapat atau opini seseorang tentang sesuatu. Jawaban pertanyaan sudah disediakan. Responden tinggal melingkari atau menyilangnya.[6]
4.    Pengamatan
Agar dapat melakukan pengamatan secara cermat,kita perlu berlatih mengamati sebuah objek dari jarak yang lebihdekat.Dalam hal ini tentunya diperlukan konsenyrasi dan minat yang memadai .Jika kita tidak memeliki perhatian dan minat yang memadai maka kita akan memperoleh bahan berupa kesan umum yang kerap sekali kurang jelas.
5.    Kewenangan
Pendapat yang dikemukakan oleh orang yang berwenang, juga dapat dijadikan bahan penulisan. Hanya dalam hal ini kita harus berhati hati dalam memilihnya. Sikap kritis kita dituntut karena pendapat yang dikemukakan sering bersifat subjektif.
6.    Penulisan Draft
Penulisan draft merupakan pengklasifikasian data yang telah terkumpul yang kemudian disusun menjadi sebuah wacana yang terdapat dalam karangan.
7.    Penyuntingan wacana
Dalam penulisan karangan hendaknya melakukan pengeditan ulang terhadap bahan yang akan disajikan karena bahan tersebut harus sesuai dengan bahasa diksi, alinea dan kalimat.
Contohnya: Penulisan kutipan yang benar, penulisan kata serapan yang sesuai EYD.

E.       Kerangka Karangan
Kerangka karangan adalah rencana kerja yang mengandung ketentuan-ketentuan tentang pembagian dan penyusunan gagasan yang memuat garis-garis besar suatu karangan. Fungsi utma kerangka karangan adalah mengatur hubungan antara gagasan-gagasan yang ada.
Menyusun kerangka karangan merupakan tahap terakhir dari prapenulisan. Yang mempengaruhi kerangka karangan ini ialah tujuan dan bahan penulisan. Menyusun kerangka pada hakikatnya membagi topik ke dalam subtopik dan selanjutnya ke dalam sub-subtopik yang lebih kecil.
Dalam proses penyusunan kerangka karangan ada tahap yang harus dijalani, yaitu memlih topik, mengumpulkan informasi, mengatur gagasan dan menulis kerangka itu sendiri. Adapun langkah-langkah penyusunan kerangka karangan adalah sebagai berikut:
a.    Mencatat semua ide
b.    Menyeleksi ide-ide
c.    Mengurutkan dan mengelompokkan ide-ide secara tepat.
d.   Pengumpulan Data[7]

F.       Pengembangan Karangan
Setelah kerangka selesai, tahap selanjutnya adalah mengembangkan kerangka tersebut menjadi kalimat, wacana, dan bab. Kalimat, wacana, dan bab tidak langsung menjadi tulisan yang benar dan utuh namun masih dapat diperbaiki dan direvisi. Dengan kata lain, jarang sekali ada tulisan yang langsung menjadi sebuah artikel, tanpa adanya tahap revisi.

G.      Revisi
Ini merupakan tahap pascapenulisan. Sebagaimana dinyatakan di atas, tulisan berupa kalimat, wacana, dan bab yang merupakan hasil pengembangan kerangka, kemungkinan akan salah. Kesalahan yang mungkin timbul, misalnya pengetikan, penemuan data baru sehingga data lama perlu diganti, penemuan pendapat baru, dan sebagainya. Dengan adanya tahap revisi, semua kesalahan dan kekurangan itu dapat diantisipasi.
Ada tujuh cara untuk merevisi karangan, di antaranya:
1.      Membaca untuk mengatasi kekeliruan
2.      Memotong kata-kata yang tidak perlu
3.      Pikirkan setiap kata yang ditulis
4.      Bertanya pada diri sendiri
5.      Menyesuaikan dengan judul
6.      Menyiapkan sebuah naskah yang sempurna
7.      Gunakan perasaan atau faham yang umum.[8]

BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
1.      Perencanaan karangan yaitu semua tahap persiapan penulisan.
2.      Secara teoritis, perencanaan karangan terdiri atas tiga tahapan, yaitu:
a.    Prapenulisan (penentuan tema, topik, judul, tujuan penulisan, masalah yang akan dibahas, teknik pengumpulan bahan atau teknik penelitian, penentuan buku rujukan penyusunan kerangka karangan)
b.    Penulisan (pengembangan kerangka karangan)
c.    Pascapenulisan (pengurangan segala kekeliruan dan kekurangan yang mungkin timbul, penambahan referensi dan perevisian penulisan yang telah diketik)
3.      Tema adalah pokok pikiran yang mendasari karangan yang akan disusun.
4.      Topik adalah sesuatu yang ingin dibahas atau pokok pembicaraan.
5.      Judul adalah nama, merek, atau label karangan.
6.      Ada dua cara menyatakan tujuan penulisan, yaitu:
a.    Tesis
b.    Pengungkapan Maksud
7.      Adapun beberapa bahan yang dapat dijadikan sumber rujukan dalam pnulisan karya-karya ilmiah, yaitu:
a.       Bahan pustaka
b.      Wawacara
c.       Angket
d.      Pengamatan
e.       Kewenangan
f.       Penulisan Draft
g.      Penyuntingan wacana
 
DAFTAR PUSTAKA

Gani, Ramlan A. dan Mahmud Fitriyah. Disilin Berbahasa Indonesia. Jakarta: FITK PRESS. 2011.
http://rayapost.blogspot.com/2009/03/perencanaan-karangan.html
Kasim, Razali. Sastra Bandingan: Ruang Lingkup & Metode. Medan: Usu Press, Edisi Pertama, Cet. I., 1996.
Provost, Gary. 100 Cara untuk Peningkatan Penulisan Anda. Semarang: Dahara prize, Cet. ke 2. 1989.
Widjono. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo. 2008.


[1] Ramlan A. Gani. Disiplin Berbahasa Indonesia. (Jakarta: FITK PRESS, 2011) . hlm. 132-133
[2] Widjono. Bahasa Indonesia Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. (Jakarta: Grasindo, 2008). hlm 152.
[3] Razali Kasim. Sastra Bandingan: Ruang Lingkup & Metode. (Medan: Usu Press, Edisi Pertama, Cet. I., 1996). hlm. 101
[4] Ramlan A. Gani, op.cit. hlm. 133-137
[5] http://rayapost.blogspot.com/2009/03/perencanaan-karangan.html
[6] Ramlan A. Gani, op.cit . hlm. 142-143
[7] http://rayapost.blogspot.com/2009/03/perencanaan-karangan.html
[8] Gary Provost. 100 Cara untuk Peningkatan Penulisan Anda. (Semarang: Dahara prize, Cet. ke 2. 1989). hlm. 119-127